“ Saya sangat kecewa dengan tindakan dari perusahaan yang membuang uang Milyaran rupiah kepada kepala marga, sehingga menimbulkan konflik dingin antara kami keluarga besar Muting”
Jayapura, 29/6. Kampung saya Muting, sebuah kampung yang terletak di tengah-tengah distrik Elikobel, distrik Ulilin dan distrik Muting. Kala saya masih kecil, hemparan hutan nan hijau masih mengeluarkan hawa segar disaat matahari terbit di ufuk timur kota rusa, merauke Papua.
Kini, hal itu harus direlakan oleh kami keluarga besar Muting, hutan nan luas itu harus tergadaikan menjadi luka tersendiri bagi kami masyarakat adat setempat. Kami terlilit sulitnya ekonomi, menyekolahkan anak-anak dan juga proses hidup yang masih jauh dari kehidupan ideal, diatas tanah Papua yang kaya. Kami mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah merauke untuk melihat hal ini, ungkap Bapak Yosep Mahuse yang juga pewaris kepala marga Mahuse Kewam dari almarhum Finsensius S. Manuse , ketika dihubungi via telpon berpesan”.
Perusahaan sawit itu datang menghampiri kami, dengan sejuta janji manis. Kami harus berunding berulang kali untuk menanggapi hal tersebut. Hal ini membuat pro dan kontra pun terjadi, kami didesak perusahaan. Kami tak tau harus berbuat apa, belum lagi pemerintah daerah setempat seakan diam dan tak mendampingi kami, ada aparat kemananan yang menjelmah sebagai pagar baja sehingga kami tak dapat berkata banyak” sesal Imanuel Mahuse, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jayapura”
Lanjut, Imanuel menjelaskan, PT.IJS itu datang bagaikan juruselamat bagi kehidupan ekonomi kami, orang tua kami pun tergiur dengan tawaran tersebut. Kami dibuat kocar-kacir, uang “Tali Asi” atau lebih dikenal dengan uang ketuk pintu telah diberikan pada kepala marga sebesar kurang lebih 1,3 milyar. Hal ini, menurut Manu, sapaan akrap Imanuel Mahuse adalah hal yang buruk. Pihak perusahaan jika berbuat demikian, itu sama saja menimbulkan konflik bagi kami keluarga besar Mahuse Kewam sendiri dan tali persaudaraan pada marga Kewamijay, yang mendiami daerah ekplorasi perusahan PT.IJS “tegas Manu”.
Manu juga membeberkan bahwa, saat ini uang tersebut telah dibagikan kepada beberapa marga dengan rincian 5 juta perorangan dalam keluarga, itupun tidak merata, sungguh ironis “uangkapnya ketika mendatangi JERAT Papua”.
Saya sangat sedih dengan kejadian ini, seakan kimat kecil akan terjadi bagi kami, hal ini sudah pasti akan memecahbelahkan kami keluarga. Ada penggelembungan dana, entah dimana ? mengapa sampai pembagian uang itu tidak berdasarkan pendataan marga dan pertemuan besama, itu yang harus dijawab perusahaan nantinya, jika hendak membahas Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sedianya akan dilaksanakan di Jayapura, dalam waktu dekat ini’ tegasnya”.
(M.Imbiri)