Jayapura – Elisa Awom dan beberapa teman-temannya harus tunduk kepala dan mencari kampus lainnya di Kota Jayapura untuk melanjutkan pendidikannya, pasalnya setelah lulus dari SMA di Serui, ia mengikuti tes seleksi Istitut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), namun apa boleh dikata, Elisa dan beberapa temannya tidak lulus.
“Kitong ini anak Papua atau bukan ya ? masa saya dan teman-teman tidak lulus Istitut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), padahal banyak janji untuk kita anak-anak Papua baru ?” ucapnya Elisa dengan wajah kesal.
Markus Imbiri, orang tua wali dari Elisa juga mengutarakan penyesalannya atas hal yang menimpah anak-anak Papua ini.
“Kami selaku orang tua (bapa ade) sangat menyesalkan kejadian yang menimpah anak-anak negri Papua ini, pasalnya revolusi mental yang digemahkan Presiden rupanya masih belum dimaknai secara baik di Papua. Saya sangat mengharapkan bahwa stigma negatif atas marga tidak terjadi lagi di Papua, supaya rasa kecintaan akan Merah Putih, perubahan citra dalam tatanan keluarga, lingkungan, kampung hingga publik umum di Papua semakin baik dan mencintai Merah Putih, itu jika negara mau Papua berubah secara baik, dimulailah dari hal kecil ini”, pungkas Markus Imbiri.
Seperti dilansir pada LintasPapua.Com, memberitakan puluhan putra dan putri asli Papua berunjuk rasa mengadukan nasib mereka ke Sekertaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua, Hery Dosinaen, di halaman kantor Gubernur Dok II Jayapura, Selasa (20/6/2017).
Aksi yang di pimpin Pdt. John Baransano, mereka mengeluhkan tak ada keberpihakan pihak panitia penerimaan tes bintara kepolisian (secaba) kepada putra dan putri asli Papua. Tercatat sekitar 200-an anak asli Papua telah dinyatakan gugur dalam tes tersebut.
“Kami datang ke tempat ini untuk mengadukan tak ada keberpihakan kepada orang asli Papua dalam penerimaan tes Secaba. Padahal anak-anak ini datang dari kabupaten yang jauh. Bahkan ada yang dari Wamena, kemudian kabupaten di pegunungan lainnya. Sehingga kita harap bapak Sekda bisa memperhatikan aspirasi kami,” ujar Pdt. John Baransano.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Papua, Hery Dosinaen mengatakan, merasa prihatin dengan kejadian yang menimpa anak-anak Papua tersebut. Pihaknya akan segera melaporkan hal itu kepada Gubernur Papua untuk selanjutnya dicarikan solusi bersama Kapolda.
“Mengenai anak-anak asli Papua yang berunjuk rasa karena tak lolos tes secaba kepolisian, kita prihatin. Ini tentu nanti akan kita sampaikan kepada Gubernur untuk dikoordinasikan dengan bKapolda, selanjutnya diharapkan bisa diakomodir,” pintanya.
“Tapi yang saya perlu sampaikan memang untuk masuk tes di kepolisian ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Bukan hanya di secaba kepolisian, tetapi juga di IPDN justru banyak juga anak-anak kita yang tidak diterima karena gred yang dipersyaratkan sangat tinggi. Sehingga kemarin kita minta di kepolisian untuk diturunkan, baik tinggi badan kesehatan dan lainnya,” kata dia.
Ditambahkan Sekda, masalah ini akan menjadi perhatian pihak pemerintah provinsi dalam waktu dekat ini. Sehingga pihaknya akan segera menjadwalkan pertemuan bersama seluruh stake holder diantaranya DPRP, MRP dan Kapolda.
“Sehingga nanti semuanya bakal duduk berkoordinasi untuk merealisasikan bagaimana merekrut lebih banyak anak-anak asli Papua, supaya bisa diterima di kepolisian” tuntasnya.
Sumber : Harian Pagi Papua/Lintas Papua