Kepala BPS Jayawijaya Cendana Murti

Kliping JERAT Papua – Badan Pusat Statistik (BPS) Jayawijaya mencatat jumlah penduduk miskin saat ini mengalami kenaikan di bandingkan data terakhir tahun 2016. Namun kenaikan tidak terlalu signifikan. Dari data ekonomi nasional 2016 angka kemiskinan Jayawijaya meningkat sebelumnya sekitar 39% sekarang 39,06%.

Kenaikan angka kemiskinan BPS Jayawijaya mencoba, menganalisa pertumbuhan kemiskinan itu agar mengetahui penyebabnya, namun dikaitkan dengan Produk Domestik Bruto (PDRB) ternyata memang produk pertanian di Jayawijaya mulai berkurang.

Salah satu indikator perekonomian nasional dan PDRB Jayawijaya menunjukan bahwa sektor pertanian menurun, pada hal di lapangan usaha pertaninan masih di dominasi masyarakat asli daerah. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian namun pertumbuhan di Sektor pertanian di sana menurun.

Kepala BPS Jayawijaya Cendana Murti mengakui kenapa sektor pertanian menurun apakah ada kecenderungan mereka mengurangi jam kerja atau bagaimana sehingga Produk pertanian berkurang, atau mereka sibuk dengan pekerjaan sampingan sehingga sektor pertanian agak berkurang.

“sampel penduduk miskin ini tidak membedakan penduduk asli atau pendatang, tapi sampel itu kita ambil di desah terpilih, kemudian kita acak dan kemudian ambil rumah tinggal terpilih. Karena sebagian besar masyarakat jayawijaya itu penduduk daerah, jadi dari julah itu menunjukan kebanyakan putra daerah.

Dalam bentuk data angka kemiskinan ini BPS baru mengeluarkan data perbandingan  tahun 2015 dan 2016, untuk data 2017 kita baru survei karena masih tahun berjalan. Sedangkan untuk  indikator kenaikan kemiskinann BPS memiliki data jika di Tahun 2015 itu jumlah penduduk iskin mencapai 39,48% sedangkan tahun 2016 meningkat menjadi 39,66%  penduduk miskin, ini terhitung dari jumlah pendapatan perbulan perkapita yang mencapai RP.367.804, Sehingga di kwatirkan jumlah penduduk miskin ini akan terus bertambah di tahun 2017.

Data ini Berdasarkan versi BPS mengacu pada konsep internasional, ada konsep dalam dunia, konsep Bapennas dan konsep nasional.  Yang di anut adalah garis kemiskinan yang di hitung berdasarkanmakanan, sehingga seseorang di hitung apakah dalam sehari itu dia konsumsi dua ribu seratus kalori atau tidak? Kalau di atas jumlah itu berarti secara konsumsi dia tidak miskin.

 Ditambah lagi dengan  garis kemiskinan non Makanan misalnya dia belanja apa saja per bulan.

 Kita mencoba melakukan metode ini untuk menghimpun data pendudu miskin yang berada di jayawijaya hasilnya memang ada peningkatan jumlah peduduk miskin di tahun 2016 karena sektor pertanian Masyarakat berkurang.

Walau  tidak menyebutkan penduduk miskin disana mayoritas Masyarakat pribumi, namun sebagian sampel survei merupakan penduduk pribumi Jayawijaya. Karena Sebagian besar masyarakat jayawijaya itu penduduk daerah, jadi dari jumlah itu menunjukan kebanyakana penduduk daerah sehingga memperoleh data itu BPS menggunakan versi survei yangmengacu pada konsep internasional.

Cepos 5 Oktober 2017

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *