Waropen, – Sinar matahari cerah , saat menyusuri Pasar Distrik Urei Faisei akan terlihat beragam barang dagangan disana. Komplek pasar yang terbagi atas 2 blok , 1 blok tempat berjualan kelontong dan 1 blok terdiri dari kios dan para pedagang sayur, ikan maupun sagu. Diujung blok kedua terdapat 2 perempuan Papua yang berjualan. Dagangan mereka cukup unik yakni Ikan Namu dan Udang yang diasar. Tim JERAT menemui kedua perempuan tersebut Jumat (29/11).
“Untuk mendapatkan ikan ini, tidak muncul tiap tahun, namun setahun satu kali saja. Untuk menangkapnya kami menggunakan linen atau kain halus yang dibentuk dalam sebuah lingkaran untuk menangkap ikan tersebut” ujar Mina Aronggear. Ikan Namu adalah ikan yang halus sekali, bahkan kalau terkena ikan tersebut maka bisa menempel pada kulit dan untuk mendapatknya biasanya di muara kali Wapoga tambah Mina Aronggear.
Ikan Namu yang telah didapatkan lalu dihamparkan kemudian dihamburkan garam diatasnya serta air jeruk nipis. Setelah itu dibungkus menggunakan daun bobo sedangkan kedua ujung bungkusan daun bobo tersebut ditusukan “tulang” yang berasal dari pelepash sagu , kemudian diasar. “Untuk asar memerlukan waktu selama 3-4 jam agar kering, bisa juga dibuat lebih kering sekali diasar lebih lama” ujar perempuan yang bersuamikan pria dari Waren ini. Untuk harga satu bungkus Ikan Namu asar seharga Rp 10 ribu dan sekali bikin dirinya bisa membuat 30 bungkus tukasnya.
Disamping Naomi Aronggear terdapat perempuan paruh baya yang ikut juga berjualan . “Ini udang yang diasar dan bisa didapatkan di kali. Setelah mendapatkan udang, maka udangnya dibungkus daun bobo lalu pada kedua bagian ujung bungkusan tersebut dijepit menggunakan ruas dari pelepah sagu” ujar Ibu Naomi Imbiri. Harga 1 bungkus udang asar adalah Rp 30 ribu.
Saat ditanyakan mana yang lebih sulit dalam pembuatan kedua jenis makanan asar tersebut , disampaikan Mina Arronggear adalah lebih sulit membuat Ikan Namu asar. Karena butuh ketelatenan dari mulai penangkapan , pengeringan hingg mengisi kedalam daun sagu dan kemudian dibungkus.
Dilihat dari jualan kedua perempuan tersebut tidak banyak membutuhkan bahan yang harus dibeli. “Kalau yang dibeli hanyalah garam untuk membuat Ikan Namu asar sedangkan bahan yang lainnya berupa Ikan Namu, ruas sagu, daun bobo, jeruk nipis dan kayu bakar bisa didapatkan di alam” ujar Mina sembari tersenyum. Ditambahkannya bahwa Ikan Namu asar jika remas untuk jadi serpihan kecil lalu di jemur maka akan bertahan hingga 1 bulan. Demikian pula dengan udang asar, dengan mematahkan kepalanya lalu dijemur dibawah sinar matahari makan akan bertahan hingga 1 bulan tambah Ibu Naomi Imbiri.
Keuntungan dari berjualan Ikan Namu asar dan udang asar ternyata untuk kebutuhan keluarga terutama biaya pendidikan. Hal ini diungkapkan oleh Naomi Imbiri. “Keuntungannya digunakan untuk biaya pendidikan anak-anak “ ujar Ibu Naomi Imbiri. Hal senada juga disampaikan oleh Mina Aronggear mengakhiri bincang-bincang bersama Tim JERAT di Pasar Urei Faisei, Disrik Urei Faisei , Kabupaten Waropen. (Wirya/Markus)