Serui, JERAT Papua. Masalah Pendidikan di Papua adalah salah satu issu yang sangat penting untuk menjadi perhatian kita bersama.  Sekolah adalah tempat dimana para siswa dan guru saling belajar dan mengajar. Namun, terkadang masalah pendidikan kurang mendapat perhatian oleh para pemangku kepentingan. Sebab, masih saja ada sekolah-sekolah yang tidak mendapat sarana dan prasana penunjang  pendidikan. Salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Industri di Dawai, Distrik Yapen Timur.

Sejak awal, melihat SMK Negeri Industri dari kejauhan, saya sangat kagum dengan sekolah ini, tertata sangat rapi dan bahkan tak terlihat rumput yang menjulang tinggi di halaman sekolah.

Pada hari ini, Jumat 22 Februari 2019 lalu saya berkunjung ke sekolah tersebut. Sekolah ini terletak di Kampung Awunawai, Distrik Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua. Fokus sekolah pada Teknologi Seni dan Kerajinan, Program Studi, Desain dan Produksi Kriya Kayu, serta Rekayasa Perangkat Lunak. SMK Negeri Industri telah memiliki SK Nomor  : 421.3/1543/2011 tanggal 06 juli 2011, sayangnya hingga tahun 2019 sekolah ini belum di akreditasi.

Ketika saya sampai di sekolah, tampak kegiatan belajar mengajar sudah usai sejak pukul 12.00 WIT. Namun, di ruang guru saya masih sempat bertemu dengan Bapak Marsius Sumare. Beliau selain sebagai guru, juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SMK Negeri Industri Dawai.

Ada sekelumit kisah menarik yang saya dengar, kisah  tentang perjuangan agar sekolah tersebut bisa berdiri.  “Sejak sekolah ini di buka pada tahun 2011 lalu, kami mencoba bekerja sama dengan PT. Sinar Wijaya yang ada di Kampung Awunawai ini”, tutur Marsius Sumare, saat saya mewawancarainya.

Marsius Sumare menuturkan. “Pertama kali kami mulai membersihkan halaman sekolah pada awal sekolah dibuka, dan perusahaan turut membantu kami untuk membersihkan lokasi ini.”

“Perusahaan juga mendukung kami dengan bahan-bahan praktek, khususnya pada jurusan Desain dan Produksi Griya Kayu. Selain itu, perusahan juga membantu dengan membuka ruang praktek di wilayah perusahaan dengan tujuan agar siswa yang sudah pada tahap studi akhir dapat praktek atau bekerja di situ. Dan setiap tahun ada siswa yang di terima pada perusahaan itu,” ujar Marsius Sumare.

Menurut Marsius Sumere, mereka masih belum puas, karena kebutuhan air bersih dan listrik belum terealisasi.  “Perusahaan tidak menjawab permohonan kami sampai saat ini. Padahal, semua siswa rata-rata mereka adalah putra daerah di mana tanah mereka di pakai oleh Perusahaan Sinar Wijaya,” tukas Marsius Sumare.

Kemudian Marsius Sumare melanjutkan ceritanya, “Akibat tidak adanya perhatian dari perusahaan, kami memilih memakai Generator untuk keperluan belajar mengajar. Namun dalam seminggu menghabiskan bensin sebesar 200 liter. Sementara saat ini bensin di Dawai distrik Yapen Timur Rp. 12.000,- per liter, jadi kami mengeluarkan uang sebesar Rp. 2.400.000,- setiap minggu.”

“Kami sangat terbatas dalam jam praktek, kami hanya bisa melaksanakan praktek itu 4 jam saja dalam seminggu, itupun sebenarnya sangat kurang bagi siswa,”tutur Sumare.

Menurutnya mereka tidak tahu apa yang membuat sampai permintaanya belum juga di tanggapi sejak 2011 sampai dengan hari ini.

“Selain perusahaan, memang dari pihak Pemerintah juga memberikan perhatian, seperti fasilitas belajar mengajar, namun soal listrik dan air inilah yang menjadi kendala kami selama kurun waktu 8 tahun,” lanjutnya.

Bukan saja soal listrik dan air saja, tapi ada satu bangunan tempat  praktek mengalami rusak pada atap gentengnya. Kerusakan  dikarenakan Bulan Desember 2018 lalu, wilayah ini di landa angin puting beliung sehingga rusak parah.

Jumlah Guru dan Siswa SMK Industri Dawai

SMK Industri memiliki 14 orang guru, 7 orang adalah guru tetap yang sudah terdaftar sebagai pegawai negeri sipil, dan 7 guru lagi adalah guru tidak tetap, mereka adalah guru honorer yang di gaji langsung oleh pihak sekolah.

Hingga Bulan Maret 2019, jumlah siswa yang bersekolah pada SMK Negeri Industri sebanyak 90 siswa/siswi. Menurut kepala sekolah tahun ini mereka mengalami penurunan jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut.

Sekilas tentang PT. Sinar Wijaya Plywood Industries (SWPI)

Letak PT. SInar Wijaya Plywood Industries  ini hanya berseberangan jalan saja dengan SMK Negeri Industri Dawai.

Sinar Wijaya Plywood Industries menjadi ujung tombak bagi Sinar Wijaya Group (Divisi Industri Perkayuan) dengan produk utamanya kayu lapis dan decking berkualitas tinggi. Berlokasi di Dawai – Serui, Kabupaten Yapen Waropen, Provinsi Papua. Kawasan industri berada di dalam areal seluas 274 hektar,

SWPI sebagai industri hulu di bidang perkayuan telah memenuhi syarat legalitas berdasarkan surat Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor S.600/PHPL/PPHH/HLP.3/8/2017 tanggal 21 Agustus 2017.  Melalui Surat Keputusan Kepala Badan Koordonasi Penanaman Modal No : 29/1/IUIPHHK-PL/PMDN/2017 tentang pemberoan izin perluasan usaha industri primer hasil hutan kayu, industri ini memiliki kemampuan untuk mengolah bahan baku kayu bulat menjadi kayu olahan dalam bentuk plywood dengan kapasitas 168.000 m3 per tahun, kayu gergajian (sawn timber) dan moulding dengan kapasitas 72.000 m3, veneer dengan kapasitas 20.000 m3/tahun, dan arang kayu sebesar 24.000 ton/tahun dengan standar hasil yang mampu memenuhi syarat pasar global.

Seiring dengan perkembangan dan perluasan usaha, PT. SWPI telah membangun pabrik arang kayu/briket/charcoal. Pembangunan pabrik charcoal ini sebagai bentuk upaya dalam mewujudkan zero waste di setiap proses produksi PT. Sinar Wijaya Plywood Industries. Pembangunan industri charcoal ini juga memanfaatkan limbah padat industri olahan kayu gergajoan dan plywood yang selama ini belum dimanfaatkan.

Dengan adanya cerita yang disampaikan oleh   Marsius Sumare, tentunya kondisi SMK Industri Dawai perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen maupun perusahaan yang beroperasi di Dawai. Paling tidak, perhatian tersebut sebagai apresiasi kepada Kepala sekolah dan para guru yang telah mendedikasikan diri untuk kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM), dalam hal ini khususnya Masyarakat Adat Papua. (HR/JERAT Papua)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *