Jayapura, JERAT Papua,- Dalam pelatihan manajemen organisasi dan peradilan adat yang dilakukan oleh JERAT Papua bersama masyarakat Adat Byak di Sup Mnuk (wilayah) adat Wabu, Kabupaten Supiori, ditemukan bahwa struktur kepemimpinan tradisional atau pola kepemimpinan asli suku Biak ada di keret dan kampung.

Pelatihan yang dilakukan di kampung Fanjur Supiori Utara itu berlangsung dari tanggal 25 – 28 Februari 2019 lalu. Pesertanya terdiri dari para mananwir keret (kepala keret) dan mananwir mnu (kepala kampung), tokoh pemuda, tokoh perempuan, tokoh masyarakat  dan  kepala desa  dalam wilayah adat Wabu dan Sawiyas di Supiori Barat dan Supiori Utara.

Mananwir Beba Yan Pieter Yarangga (Ketua Dewan Byak) sedang menyampaikan sambutan penutupan pelatihan. (Foto : Dok JERAT Papua)

Materi manajemen organisasi, peserta membahas sistem kepemimpinan tradisional dengan menggali sistem kepemimpinan asli yang berlaku dalam kehidupan leluhur orang Biak, baik dalam keret (er) maupun kampung (mnu). Contoh struktur dewan kampung atau seriar mnu (Kankain Kakara Mnu) terdiri dari Mananwir Mnu (Kepala Kampung), Kron yaitu sebutan untuk bagian sudut dari kamar yang digunakan untuk menyimpan harta milik  keluarga, sebutan ini kemudian digunakan untuk menyebut tugas perbendaharaan, Manpakpok (pengawal) yaitu anak laki-laki muda yang kuat dan berani yang ditunjuk untuk mengawal mananwir.

Dalam perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan dalam tugas dan tanggungjawab dewan kampung, maka kemudian ditambah jabatan Manfaker (wakil mananwir), Manfasfas (Sekretaris), dan Manswabye (Juru bicara atau yang melakukan tugas humas).

Mengakhiri seluruh proses pelatihan, Ketua Dewan Adat Byak, Mananwir Beba Yan Piter Yarangga meminta kepada masyarakat adat terutama para mananwir keret dan kampung untuk terus melakukan tugas penguatan kelembagaan adat dengan menghidupkan sistem kepemimpinan adat di dalam keret, kampung dan wilayah adatnya.

“Pulang dan ingat catatan yang sudah saya sampaikan, lihat baik-baik dan konsolidasi (penguatan sistem kepemimpinan – red) setiap keret dan mnu (kampung), karena tema masyarakat pribumi sekarang fokus pada kearifan lokal yang diturunkan kepada generasi dalam rangka penyelamatan dunia. Jadi kamu harus saling mengakui, saling menghargai dan menghormati, serta saling mengasihi, sehingga kamu hidup bersama dengan damai sambil bekerja bersama melakukan semua tanggungjawab yang sudah banyak kamu gumuli selama proses pelatihan sampai hari terakhir ini”, ujar Yan Piter Yarangga dalam sambutan penutupan pelatihan. (Engelbert Dimara). (Editor: Wirya Supriyadi)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *