Penulis : Nees Makuba
Editor : SE (JERAT PAPUA)
JAYAPURA, JERAT PAPUA – Kepala BP . PAUD dan DIKMAS Provinsi Papua Drs. Hadiyana, MM menyampaikan Sekolah Kampung berbasis Budaya yang menjadi binaan Jerat Papua di 5 tempat yaitu Distrik Buruway Kaimana, Distrik Klaso-Sorong, Yahukimo, Supiori dan Yapen harus berbasis pada Budaya atau kearifan lokal wilayah adat setempat..
Hal itu di sampaikan Drs. Hadiyana, MM saat memberikan sambutan pada Pelatihan Penyusunan Modul Berbasis Budaya dan Lingkungan Hidup bagi tutor Sekolah Kampung yang di gelar oleh Jaringan Kerja Rakyat Papua (JERAT PAPUA) berlangsung Senin, 22 Maret 2021 di Kota Jayapura .
Menururt Hadiyana dalam pelatihan Penyusunan Pembuatan Modul harus benar-benar berkiblat pada berbasis kearifan lokal masyarakat sesuai dengan wilayah kebudayaan ada, hal ini dimaksudkan karena untuk mengajar dan mendidik tentang buta aksara membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari seorang pengajar atau tutor. “mari sama-sama bersama Balai Paud dan Jerat untuk menentukan model seperti apa yang akan digunakan dalam penyusunan modul bagi sekolah kampung yang sudah di rintis “ katanya .
Selain itu ,dirinya mengungkapkan bahwa Buta aksara di wilayah Papua adalah penyumbang terbesar untuk Indonesia, atau secara nasional 1,78 % tingkat buta aksara atau sekitar 3 juta, sehingga di Papua 21,8 % penyandang buata aksara “ ini tantangan bagi kita semua sehingga bagaimana nanti bapa ibu sebagai peserta mensikapi dan menyiapkan strategi yang tepat dilapangan sesuai konteks untuk mengentaskan buta aksara di wilayahnya masing –masing. Apa yang kita lakukan hari ini, adalah menyiapkan SDM generasi papua akan datang bukan di SMA atau SMP tetapi harus di mulai dari dasar. Fondasinya tentang pembangunan karakter harus kuat sejak usia dini“ tuturnya.
Sekretaris Eksekutif Jaringan Kerja Rakyat Papua (JERAT PAPUA) Septer dalam arahannya menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini, pembangunan fisik di Tanah Papua begitu gencar di lakukan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Hal ini, seharusnya berkontribusi signifikan terhadap pelayanan dasar yang lebih baik bukan sebaliknya. Sebagai contoh harusnya bisa mengatasi masalah buta aksara yang tinggi dan Papua turut menyumbang terbesar rat-rata nasional, “itu jadi memprihatinkan, bicara tentang pembangunan SDM yang unggul, mulailah bersama-sama memperbaiki keterampilan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) dari pondasinya yaitu mulai dari anak usia dini melalui PAUD dalam pengenalan huruf, sehingga memasuki Sekolah Dasar (SD) tidak mengalami kesulitan dan sudah mempunyai dasar yang kuat. Kuncinya ada pada pengembangan anak usia dini, selanjutnya jika anak ke SD sudah siap membaca, berhitung dan menulis maka mereka akan lebih siap serta dapat membangun kepercayaan diri untuk belajar di tingkatan lebih lanjut, ungkap Septer
Lanjutnya, kita ketahui bersama, bahwa keterampilan membaca, menulis dan berhitung merupakan modal bagi anak untuk menembus dan meraih pengetahuan melalui buku-buku yang mereka baca. Sehingga ketersediaan buku-buku termasuk yang kontekstual Papua, merupakan sebuah keharusan dalam pengembangan Pendidikan di Tanah Papua;
Mantan Sekretaris Eksekutif, Foker LSM Papua ini bahkan mengungkapkan, dari lemahnya ketrampilan membaca, menulis dan berhitung akan mempengaruhi kehidupan pribadinya dikemudian hari. Sehingga melalui Sekolah Kampung, kita berbuat sesuatu dan menanamkan sesuatu biar Tuhan Menumbuhkan“ ini yang membuat Jerat Papua gelisa tentang ketidakmampuan anak-anak membaca, menulis dan berhitung masih banyak di Papua,” imbuhnya.
Manufandu bahkan menegaskan jika ingin membangun manusia Papua maka haruslah di bangun dari pendidikan anak usia dini dan dasar. Hal ini, dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak baik itu tenaga pengajar, orang tua, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh perempuan serta lembaga-lembaga pendidikan, bekerja sama untuk membangun tata Kelola Pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar yang lebih baik. “Kerjasama dengan Balai Paud dan Pendidikan Masyarakat ini , akan menambah kekuatan kita untuk menyediakan tutor yang handal bagi sekolah kampung yang dikelola oleh JERAT Papua. Tentu masih banyak masyarakat yang membutuhkan kehadiran sekolah kampung, sudah banyak permintaan, tetapi JERAT juga mau belajar dari cerita sukses 5 sekolah kampung ini, sehingga kedepan kita bisa mendesign model Sekolah Kampung yang ideal sesuai dengan konteks masing-masing wiayah. “tandasnya .
Minimnya Pendidikan di tingkat dasar di Tanah Papua, membuat ketidaknyamanan para pekerja kemanusian di Tanah Papua, meski bergelimang uang Otonomi Khusus (Otsus ) cukup banyak tetapi tidak mampu mengatasi persoalan pendidikan dan kesehatan bagi orang Asli Papua (OAP).”pendidikan ini urusan wajib, yang harus mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, apa gunanya infrastruktur seperti jembatan, jalan dan Gedung bagus tapi masih banyak anak putus sekolah, mau sekolah kesulitan biaya Pendidikan, kekurangan guru pada tingkat dasar dari masih banyak lagi masalahnya,”Pungkasnya.
Kegiatan Pelatihan Penyusunan Modul Berbasis Budaya dan Lingkungan Bagi Tutor Sekolah Kampung , di ikuti oleh Peserta dari Kepulauan Yapen, Yahukimo, Supiori, Kabupaten Sorong, dan Kabupaten Kaimana akan berlangsung selama lima hari yakni senin 22 – 26 maret 2021 yang merupakan kerja sama Jerat Papua Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Provinsi Papua. (nesta)