Kampanye Bahaya Sampah Plastik di Kota Jayapura, foto : nesta / rumah bakauKampanye Bahaya Sampah Plastik di Kota Jayapura, foto : nesta / rumah bakau

JERATPAPUA.ORG, JAYAPURA, – Sejumlah Aktifis Lingkungan di Kota Jayapura mengkampanyekan bahaya Sampah Plastik sebagai bahan yang susah terurai, dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional Tahun 2022.

Polimer sintetis atau lainnya disebut plastik awalnya ditemukan tahun 1869 untuk mengurangi penggunaan bahan kertas yang diolah dari pohon. Namun seiring waktu manusia banyak bergantung pada bahan plastik. Pertimbangannya: ringan, kuat, tahan air dan simple. Namun dibalik manfaat ini plastik yang menjadi sampah justru menjadi bom waktu. Sampah plastik menjadi bahan yang sulit terurai oleh tanah. Kalaupun dibakar hanya akan melepas racun dan merusak udara serta membahayakan kesehatan. Asap pembakaran sampah mengandung hydrocarbon benzopirena yang 350 kali lebih berbahaya dari asap rokok.

Banyak yang menganggap plastik efektif dan praktis namun dibalik itu ancaman besar yang menanti. Masa urai senyawa dari plastik membutuhkan waktu lama, puluhan bahkan  ratusan tahun. Sementara kita ketahui bahan pembuat plastik adalah selulosa dan kandungan polyethylene yang diambil dari minyak bumi. Sampah khususnya plastik yang tak terkelola baik justru hanya mencemari tanah, air dan udara. Tiga komponen yang menjadi dasar kehidupan manusia. Jika tanah tercemar otomatis air juga akan tercemar dan manusia membutuhkan air maupun menghirup udara. Udara tercemar ketika sampah dibakar. Dari penelitian, setiap orang dalam setahun bisa  menghabiskan sekitar 160 – 170 kantor plastik dan lebih dari 17 miliar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket seluruh dunia setiap tahun. Mirisnya lagi sampah plastik menjadi satu penyebab semakin parahnya perubahan iklim.

Banyak dari hasil akhir produk minuman dan makanan menggunakan plastik sekali pakai sebagai packaging. Produk minuman dan makanan ini bisa dengan mudah ditemui diberbagai gerai ritel, baik modern maupun tradisional. Pertumbuhan industri yang sangat pesat tentu saja akan menghasilkan pertumbuhan jumlah sampah plastik yang semakin banyak. Yang mengkhawatirkan adalah pola memilah sampah dan mengelola sampah masih sangat minim. Indonesia bahkan sempat mengimpor sampah dari beberapa negara tetangga. Miris. Di Jayapura juga banyak cafe dan restoran yang masih menggunakan packaging dari plastik. Kalau tidak kantong plastik, biasanya sedotan atau gelas dan semua menjadi sampah. Itu tidak keren, jadul.

Dari brand audit yang dilakukan Rumah Bakau selama ini mendapati  data bahwa sampah plastik terbanyak yang ditemukan adalah sampah botol air mineral Aqua, minuman Teh Pucuk dan botol air mineral Qualala. Namun secara umum  produk dari perusahaan Unilever, Heinz ABC Indonesia, Danone, Produk Lokal Jayapura, Mayora Indah Tbk, dan The Coca-Cola Company juga mendominasi. “Kami bahkan pernah menemukan botol minyak rambut produk tahun 1990 an di hutan bakau di Jayapura yang artinya diwariskan selama 32 tahun. Lalu ada juga produk sampah dari negara Malaysia, sampah berupa helm proyek hingga jarum suntik  dan botol obatnya. Limbah B3 yang seharusnya dimusnahkan di incinerator,” kata Gamel koordinator Rumah Bakau Jayapura.  Rumah Bakau Jayapura sendiri dalam rangka menyongsong HPSN tahun 2022 menggelar kegiatan dalam bentuk Street Campaign di Lingkaran Abepura, Sabtu (19/2) dan diikuti 80 an orang dari berbagai kalangan. Ada hampir 100 papan berisi pesan lingkungan dan edukasi terkait sampah yang disampaikan ke publik secara terbuka.

Adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah semula diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan yang mempercepat efektivitas penanganan pengelolaan sampah secara nasional maupun daerah. Perda Kota Jayapura Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kebersihan yang telah diboboti dengan penambahan pasal 12 dan 18 berisi sanksi seharusnya ditegakkan. Begitu juga dengan instruksi Wali Kota Jayapura Nomor 1 tahun 2019 tentang penerapan penggunaan kantong belanja alternative pengganti kantong plastic juga mulai longgar. Data DLHK Kota Jayapura mencatat bahwa jumlah timbulan sampah pada tahun 2020 sebanyak 92.442,31 ton dan di tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 79.496,56 ton. Penurunan ini bisa jadi karena pandemic sehingga orang memilih tinggal di rumah.

Solusi yang diberikan untuk lebih bijak dalam membeli atau menggunakan benda yang berbahan plastik. Jika berbelanja bisa menggunakan tote bag atau kantong yang digunakan berulang. Menggunakan tumbler sebagai pengganti botol air mineral sekali pakai. Menggunakan sedotan berbahan metal/besi atau bamboo yang sudah banyak dijual bebas. Kota Jayapura sudah harus berfikir jauh lebih modern dengan melihat dampak buruk dari sampah plastik. Banyak negara sudah menanamkan komitmen soal ini seperti Kenya, Uganda termasuk Hongkong, Swedia, Findlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Afrika dan beberapa negara lainnya. Lalu ada kampanye Bring Your Own Bag atau bawa langsung kantong anda sendiri. Namun di Indonesia pemerintah belum secara nyata membuat dan mengawal kebijakan yang lebih eco green.

Meski demikian ada sejumlah gerakan yang dilakukan oleh komunitas muda kreatif diberbagai penjuru negeri. Mulai dari Trash Hero, Zero Waste, Bali Bukan Pulau Plastik, Plastic Phobia, Break Free From Plastic  dan di Jayapura sendiri pernah digagas soal Diet Plastik.  Rumah Bakau mengajak untuk public merubah pola pikir pragmatis, gaya hidup instan dan budaya yang tidak bertanggung jawab. Ini dimulai dari diri sendiri, dari rumah maupun lingkungan sekitar. Mengurangi penggunaan bahan plastic sekali pakai pada setiap kegiatan kantoran, rekreasi hingga yang sekedar seremoni.

Bukan mengharamkan menggunakan plastik namun bagaimana belajar bijak dengan mengurangi serta  memikirkan dampak buruk dari plastic bagi lingkungan nantinya. Salam hijau (nesta/rilis)

 

 

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *