Masyarakat Adat Mudegagi berbondong-bondong menghadiri peresmian Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di Desa Mbotutendi, Kecamatan Ende, Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) , foto : AMAN / Jeratpapua.orgMasyarakat Adat Mudegagi berbondong-bondong menghadiri peresmian Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di Desa Mbotutendi, Kecamatan Ende, Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) , foto : AMAN / Jeratpapua.org

Oleh Muhammad Hajazi bersama Apriadi Gunawan

JeratPapua.org, Jayapura – Masyarakat Adat Mudegagi berbondong-bondong menghadiri peresmian Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA) di Desa Mbotutendi, Kecamatan Ende, Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) pada akhir November 2022.

Peresmian BUMMA milik Komunitas Masyarakat Adat Mudegagi itu ditandai dengan dilakukannya ritual adat Neka Tanah yang berarti melukai tanah yang pertama. Ritual yang dipimpin oleh Mosalaki selaku tetua adat sekaligus perwakilan Pengurus Daerah (PD) AMAN Flores Tengah itu menjadi simbol berdirinya BUMMA.

BUMMA Mudegagi yang beranggotakan sembilan warga Komunitas Masyarakat Adat Mudegagi, akan fokus pada pemanfaatan lahan di wilayah adat untuk penanaman aneka tumbuhan bernilai ekonomis, seperti kopi, cengkih, kemiri, dan cokelat. Nantinya, hasil panen akan dijual ke pengepul dan keuntungan ditabung sebagai kas komunitas Masyarakat Adat yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan BUMMA Mudegagi.

Ketua BUMMA Mudegagi Ferdinandus Resi berharap kehadiran BUMMA itu akan memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat, terutama anggota BUMMA dan Komunitas Masyarakat Adat Mudegagi. Ferdinandus mengajak Masyarakat Adat untuk menjaga dan memajukan BUMMA tersebut.

“BUMMA ini milik kita bersama. Mari kita jaga dan majukan untuk kesejahteraan kita semua!” kata Ferdinandus.

Hal senada juga diutarakan oleh Ade Purnawirawan dari Divisi Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) AMAN Daerah Bima, Nusa Tenggara Barat juga menceritakan manfaat yang luar biasa didapatkan dari adanya BUMMA.

Ade menuturkan pada bulan Februari 2021 lalu, telah berdiri BUMMA Sanggar Mandiri dan BUMMA Sagele Wawo yang berada di wilayah pengorganisasian AMAN Daerah Bima. Ade menyebutkan kedua BUMMA tersebut sudah mampu menjual hasil produk unggulan mereka berupa kopi robusta ke luar daerah.

Selain kopi, BUMMA Sanggar Mandiri juga produksi cobek (alat ulek) dari batu alam, kacang mente, jagung, dan juga menjual madu yang berasal dari hutan adat yang berada di Komunitas Adat Sanggar.

Dalam beberapa bulan ke depan, kata Ade, mereka sedang membangun relasi dengan kawan-kawan di luar daerah dan luar negeri untuk memasarkan produk-produk dari BUMMA. “Kita berharap hasil produk BUMMA bisa go Internasional,” katanya.

Ade menjelaskan sejauh ini untuk pasar domestik sudah tergarap. Ia menyebut BUMMA Sanggar Mandiri yang diketuai Fahmi, sudah memasarkan produk mereka berupa kopi Robusta khas Tambora ke Bali, Jakarta,dan Kalimantan.

Ade menambahkan produk dari BUMMA Sanggar Mandiri juga sudah mampu menjadi brand andalan Pemerintah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di setiap perhelatan sekelas World Superbike Mandalika dan MotoGP Mandalika, berbagai produk BUMMA dari AMAN Daerah Bima diberikan satu stand untuk mempromosikan sekaligus menjual produk andalan mereka.

“Untuk pasar domestik, produk BUMMA kita sudah cukup dikenal. Saat ini, kita sedang mau merambah pasar mancanegara,” ujar Ade.

Dukungan dari AMAN

Fahmi, Ketua BUMMA Sanggar Mandiri, menerangan bahwa pada awal terbentuknya, BUMMA Sanggar Mandiri mendapatkan dukungan melalui Program Kedaulatan Pangan Masyarakat Adat AMAN. Melalui program tersebut, Komunitas Masyarakat Adat Sanggar yang berada di wilayah pengorganisasian PD AMAN BIMA, bersepakat mendirikan BUMMA Sanggar Mandiri pada Februari 2021 di Desa Boro, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, NTB.

Ia menyatakan bahwa Masyarakat Adat berterima kasih kepada AMAN yang telah memfasilitasi terbentuknya BUMMA di daerah mereka. Fahmi juga bilang, saat ini BUMMA Sanggar Mandiri telah diberi ruang sebagai narasumber di berbagai seminar UMKM.

Ke depannya, Fahmi memiliki harapan besar dengan relasi yang sudah mereka punya saat ini untuk menjadikan BUMMA Sanggar Mandiri sebagai sentra pengenalan produk lokal yang dimiliki dan dikelola oleh Masyarakat Adat.

BUMMA Sanggar Mandiri memiliki 37 anggota aktif yang berasal dari berbagai kelompok, termasuk pemuda adat dan perempuan adat dari Komunitas Masyarakat Adat Sanggar.

BUMMA Sanggar Mandiri bergerak di bidang produksi dan pemasaran. Salah satu komoditi unggulannya, adalah kopi robusta yang khas dari Bima dan memiliki daya saing di pasar lokal, nasional, dan internasional.

Selain BUMMA Sanggar Mandiri, PD AMAN BIMA juga memiliki BUMMA Sagele Wawo dari Komunitas Masyarakat Adat Donggo Ele yang diketuai oleh Makrullah dengan jumlah anggota mencapai 34 orang.

Penulis adalah jurnalis Masyarakat Adat dari NTB

 

 

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *