JERAT PAPUA.ORG, JAYAPURA – Warga Masyarakat Kampung Skouw Mabo Distrik Muara Tami Kota Jayapura, mulai resah dengan kondisi abrasi yang semakin melebar di bibir sepanjang Pantai Skouw yang sudah terjadi sejak 10 tahun belakangan.
, masyarakat Adat Skouw Mabo cukup resah dengan aktifitas air laut yang setiap tahun naik, kondisi tersebut terlihat dengan abrasi atau pengikisan bibir pantai yang cukup panjang hampir seluas lapangan sepak bola,.
Kepala Kampung Skouw Mabo Hanok Mallo mengatakan panjang pantai sekitar Skouw Mabo yakni mencapai 3,2 Km. namun ini juga berdampak kepada kampung lain yaitu Skouw Yambe, Skouw Sae, meski demikian saat ini kondisi pantai yang rusak serta angin disertakan ombak hingga pengikisan bibir pantai , sebagian warga yang sebelumnya bermukim di pantai terpaksa mengungsi ke darat jauh dari pinggir pantai.
” Sebelumnya banyak warga yang bikin rumah di pinggir sini, sekarang mereka pindah jauh ke darat, karena air laut sudah hantam pantai sampai dekat dengan rumah ” ungkap Hanok Mallo Jumat, (3/5/2024).
Kepala Kampung yang juga anak asli Skouw Mabo ini, bahkan menceritakan kisahnya 20 tahun lalu saat mereka masih remaja, kondisi pantai dengan pasir yang cukup panjang serta rimbunya pohon kelapa dan pohon jenis lainya , sehingga pantai ramai di kunjungi warga untuk mandi dan berwisat, namun kondisi tersebut berbeda dengan saat ini.
” dulu pasir panjang ini hampir satu kilo kita kalau main mandi sampai ke laut, dan air tidak setinggi saat ini, kelapa juga banyak dulu, sekarang gara -gara abrasi air naik, banyak tanaman kami hilang tersapu ombak ” katanya.
menurut Mallo fenomena ini mulai terlihat di 10 tahun belakangan, meski pernah di padang pemecah ombak sebanyak tiga kali oleh pemerintah sepanjang pantai Skouw, namun kondisi alam yang ganas membuat pemecah ombak tersebut hilang ditelan ganasnya air laut.
” tiga kali pemerintah pasang pemecah ombak, tapi hilang, ini yang susah masih ada tapi kondisinya saya kawatir tiga tahun lagi nanti hilang ” Imbuhnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Papua Maikel Peuki saat di minta tanggapannya, mengakui bahwa akhir -akhir ini kondisi permukaan air laut di sekitar lautan Pasific kondisinya semakin naik, ini juga di perparah dengan ombak dan angin yang cukup kencang.
Tidak itu saja WALHI juga melihat bahwa apa yang terjadi di sepanjang pantai Skouw bukan saja air naik dan abrasi pantai yang cukup panjang, namun fenomena ini terjadi hampir di seluruh pantai dan perairan yang ada di Papua.
” Kondisi ini tidak saja di wilayah Skouw, tapi di seluruh Papua bahkan Indonesia, permukaan air laut naik dan abrasi yang mengancam” ujar Maikel Peuki
disisi lain WALHI tidak menarik jika kondisi ini pun, akibat Pemasan Global, dan tutupan Hutan yang semakin sedikit, sehingga kondisi alam dan perubahan Iklim cukup mempengaruhi kondisi Perairan di Wilayah Indo Pasific.
” pemanasan Global dan Perubahan Iklim serta tutupan hutan yang semakin kecil, memang menjadi ancaman serius bagi kondisi laut dan Masyarakat yang bermukim di sekitar ” tandanya.
Direktur WALHI Papua berharap adanya perhatian serius dari semua pihak, terkait Kondisi Fenomena alam yang terjadi di wilayah pesisir Pantai Skouw, karena menjaga alam, bukan saja tanggung jawab satu dua orang melainkan tanggung jawab semua. (nesta)