JERAT PAPUA. Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Relawan TIK) Papua, menyelenggarakan nonton bareng atau nobar film dokumenter Trilogi Linimassa tiga dan film pendek “terpenjara di udara”. Pemutaran film ini di laksanakan secara serentak se Indonesia oleh sejumlah kabupaten kota, hari Sabtu (1/2/2014).
Di kota Jayapura , nobar Linimassa tiga diselenggarakan oleh Relawan TIK Papua, Blogger Papua, Kampus STIKOM Muhammadiyah Jayapura dan beberapa elemen pendukung lainnya, memusatkan nobar di halaman kampus STIKOM Tanah Hitam Distrik Abepura.
Menurut ketua Relawan TIK Papua, Mihram,S.Pd ; Papua saat ini sudah harus lebih sigap dalam dunia TIK, dimana dunia TIK adalah dunia yang serba siap dalam segala isu kehidupan sosial kita, jika kita tidak siap untuk hadapinya kita akan tersingkirkan oleh zaman. Saat ini Relawan TIK Papua secara gigih telah banyak membantu Mahasiswa/Siswa, Tenaga Pengajar, hingga masyarakat umum untuk sadar dengan penggunaan TIK. Kami berharap pihak instansi terkait dan elemen lainnya dapat turut serta dalam kemajuan TIK di Tanah tercinta ini, tuturnya.
Linimassa menceritakan bagaimana pentingnya internet memacu roda perekonomian di suatu daerah. Bagaimana peranan internet utamanya media sosial menjadi sarana berkomunikasi dan mengklarifikasi serta meluruskan berita hoax atau belum dijamin kebenarannya. Bahkan pada film linimassa ikut mengangkat peranan media sosial dalam melakukan gerakan sosial untuk perubahan.
Kurang lebih 300 orang hadir di halaman kampus STIKOM, malam kemarin (red) untuk menyaksikan film tersebut. Hadir dalam nobar tersebut, Dinas Pengelolah Teknologi, Informasi dan Komunikasi (DPTIK) Provinsi Papua, Pembina Relawan TIK Papua, Akademisi STIKOM, Blogger Papua, LSM Jaringan Kerja Rakyat (JERAT) Papua, PWI Papua,Senior Relawan TIK Papua dan masyarakat umum.
Surya Ibrahim dalam sambutannya sebagai pembina Relawan TIK Papua mengatakan “Jika kita yang hidup di daerah perkotaan, menggunakan internet “ itu hal biasa” namun, jika orang di kampung/desa yang menggunakan internet “itu hal yang luar biasa“. Film Dokumenter ini wajib ditonton oleh segenap lapisan masyarakat sebagai film dokumenter yang dapat memberikan gambaran tentang dunia informasi saat ini, baik dari segi positif dan negatif bagi pengguna dunia teknologi informasi. Dalam keseluruhan seri film Linimassa 3 ini, dikisahkan tentang masyarakat yang secara swadaya dan dalam keterbatasannya, berjuang menggunakan Internet dan media sosial untuk menjembatani atau memberikan solusi atas problematika ekonomi, sosial dan budaya yang dihadapi/dialami sehari-hari. Khusus dalam Linimassa 3 ini, latar belakang kisahnya beragam, dari isu lingkungan, kemanusiaan, perempuan hingga kondisi pasca konflik.
Hal senada, juga dipaparkan oleh Ketua II Relawan TIK Papua Markus Imbiri, saat ditemui usai nobar, Markus mangatakan ; “Terpenjara di Udara” adalah film pendek berdurasi sekitar 13 menit, berlandaskan hasil riset dari CIPG, Manchester University dan HIVOS tentang penyalahgunaan frekuensi radio/televisi oleh para pemilik media besar. Frekuensi yang sejatinya adalah milik publik, alih-alih digunakan untuk melayani hak masyarakat atas informasi yang berkualitas, justru dipakai oleh pemilik media untuk kepentingan bisnis maupun politik. Informasi yang kemudian disodorkan kepada masyarakat, lantas menjadi homogen. Regulasi dan kebijakan pemerintah, hanya omong kosong. Dikisahkan pula tentang komunitas Radio Komunitas, dengan kondisi yang kian terdesak, tetap berjuang sekuat tenaga memberikan manfaat bagi masyarakat melalui informasi bernilai, pungkasnya.
Usai nobar, Relawan TIK Papua membagikan hadia bagi 10 orang penonton yang beruntung pada undian karcis. Helena Hanasbey, salah satu penonton yang beruntung tersebut mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak penyelenggara nobar ini. Relawan TIK Papua ” I Love You” katanya sambil tersenyum. Saat diminta tanggapannya, Helen mengatakan ” Saya senang, bisa nonton dan sadar akan pemanfaatan Internet. Rupanya di daerah lain mereka menggunakan Internet dengan baik, sehingga dapat mendatangkan hal positif. Saya dapat katakan bahwa Papua jauh lebih extrim dari daerah lain, namun kurangnya kesadaran penggunaan internet di pemerintahan hingga masyarakat, membuat Papua jauh dari jangkauan media online ini”.
Andrio