Sayur Mayur bantuan Kontingen Sulawesi Utara Untuk Mendukung KMAN VI, foto : filo /jeratpapua.orgSayur Mayur bantuan Kontingen Sulawesi Utara Untuk Mendukung KMAN VI, foto : filo /jeratpapua.org

JERATPAPUA.ORG, MANADO – Kontingen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMAN  Sulawesi Utara (Sulut) ikut membawa berbagai sayur-mayur ke Tanah Papua. Ini dilakukan sebagai wujud penghargaan dan penghormatan terhadap masyarakat adat Papua dan panitia pelaksana yang akan menerima mereka.

“Di Minahasa ada tradisi rukup atau rurup. Tradisi ini tindakan spontan, sukarela dan tulus hati dari masyarakat ketika ada acara suka, duka, dan kegiatan lain di komunitas yang membutuhkan bantuan,” kata Rikson Karundeng, penggerak sekolah adat dari Tomohon yang mengkoordinir pengumpulan rukup untuk Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI yang akan digelar di Wilayah Adat Tabi, Jayapura, Papua, 24-40 Oktober 2022.

“Untuk kongres ini, kontingen AMAN Sulawesi Utara juga melakukan hal itu (rukup). Kami mengumpulkan sayuran-sayuran dan bumbu dapur untuk dibawa ke Papua,” sambungnya.

Ketua Pengurus Wilayah AMAN Sulawesi Utara yang baru terpilih, Kharisma Kurama, berharap hasil rukup ini bisa diterima dan boleh bermanfaat dalam kegiatan kongres.

“Kami tau Tanah Papua sangat kaya dan bisa memberi makan seluruh peserta dari seluruh Nusantara yang akan hadir di kongres. Namun ini kami lakukan sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan terhadap masyarakat Papua dan panitia yang telah bekerja keras, yang kami yakin akan menerima kami dengan penuh ketulusan hati,” ujar Kharisma, Selasa (18/10), yang mengaku kini telah berada di Pelabuhan Sorong, Papua Barat, dalam perjalanan laut menuju Jayapura.

“Rukup tradisi di Minahasa. Masyarakat adat Papua dan seluruh masyarakat adat di Nusantara yang akan hadir di kongres kan keluarga kami, jadi kami pikir tradisi ini juga harus tetap kami lakukan di Papua dalam KMAN VI ini,” tandasnya.

Sayur-mayur yang dibawa disadari sangat kecil, tapi menjalankan tradisi dan menunjukkan solidaritas serta penghormatan dianggap jauh lebih penting.

“Kami bawa sayur kol delapan karung, wortel lima karung, kentang tiga karung, labu siam lima karung, tomat lima kas, brambang atau bawang daun dua karung, dan jahe tiga puluh kilo gram,” tutur Omega Pantow.

 

“Ini hasil pertanian di Minahasa. Kalau di Papua, harganya sudah berkali-kali lipat. Kami tau, sebab kebutuhan sayur-mayur yang kami bawa ini kalau di Papua, dibeli dari Sulawesi Utara,” jelas Omega, pemuda Adat Tonsea yang kini dipercayakan sebagai Wakil Ketua Dewan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN).

Menurut Omega, semangat para pemuda adat dari Sulawesi Utara untuk berkongres ikut terbungkus dalam ‘buah tangan’ yang sedang menuju ke Papua itu.

“Semangat para pemuda adat penggerak sekolah adat dari Sulut untuk hadir dan berkontribusi di kongres sudah ada sejak mereka mempersiapkan diri untuk membantu panitia, untuk kegiatan pentas, bahkan saat mereka panen sayur dan membawanya sampai ke kapal. Jadi sayur-mayur ini tak seberapa, tapi ada semagat kami para pemuda adat di dalamnya yang akan kami bawa ke Tanah Papua,” tegas Omega. ( nesta/   Filo Karundeng)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *