Terkait dengan dilaksanakannya aksi demo damai ke Kantor Gubernur Papua oleh Mama-Mama Pedagang Asli Papua yang dikordinir oleh Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) pada hari Selasa (03/03) mendapat tanggapan dari aktivis pemuda yakni Natan Tebai.

Saat ditemui disela-sela aksi demo mengatakan bahwa memang cukup memprihatikan. “Karena sejak Gubernur Papua , Barnabas Suebu hingga sekarang belum ada realisasi pasar bagi Mama-Mama Pedagang Asli Papua” ujar Natan Tebai.

Disisi lain terkait upaya memproteksi komoditas lokal yang dikelola hanya orang asli Papua merupakan sebuah kebijakan dan ini adalah permintaan dari Mama-Mama Pedagang Asli Papua sehingga mereka demo hari ini ujar Tebay.

“Ini adalah jeritan suara hati yang selama ini banyak persoalan yang dialami oleh Mama-Mama Pedagang Asli Papua. Dan mereka menyampaikan hal ini dalam sebuah aksi kepada pemerintah terhadap apa yang mereka alami” ujar pria alumnus Universitas Cenderawasih.

Natan Tebai menyatakan keprihatinan terkait lambatnya pembangunan pasar Mama-Mama pedagang Asli Papua yang hingga kini belum direalisasikan.

Sementara itu ditempat yang sama disela-sela aksi demo damai, Roberth Jitmau selaku Sekretaris SOLPAP mengatakan bahwa kedepan mereka akan melakukan hal-hal lain dalam upaya mengawal tuntutan hari ini diantaranya melalui seminar atau lokakarya. “Bisa dilakukan seminar yang komprehensif terkait hal ini oleh para pihak yang berkepentingan. Dan tadi saya dengar program dari provinsi juga akan melakukan hal yang sama dan nantinya SOLPAP diundang. Hal ini harus dikawal” ujarnya tegas.

(Beberapa simpatisan dan peserta aksi sedang memegang poster yang mengkritik kebijakan pemerintah terkait pembangunan pasar tradisional. Foto: Hollandia Yona)
(Beberapa simpatisan dan peserta aksi sedang memegang poster yang mengkritik kebijakan pemerintah terkait pembangunan pasar tradisional. Foto: Hollandia Yona)

Saat disinggung tentang pembangunan pasar bagi Mama-Mama Papua yang hingga kini belum direalisasikan, Roberth Jitmau mengatakan bahwa memang terkesan ada kurang perhatian dari pihak pemangku kepentingan sehingga kesannya lambat dan tidak ada perhatian.

Dirinya membandingkan dengan program-program dari pemerintah lainnya pasti dana cepat sekali dikeluarkan. “Contohnnya program yang bersifat mendadak bisa cepat sekali mendapatkan dukungan dana misalnya program Kongres KNPI, Pramuka Raimuna, Natal Nasional itu dana cepat sekali. Tapi untuk kebutuhan masyarakat hingga sebelas tahun pasar untuk Mama-Mama Papua belum bisa direalisasi “ ujarnya pria yang biasa dipanggil RoJit. Dirinya berharap bahwa baik Pemprov, DPRD, Walikota dan DPRD Kota bisa saling kordinasi dan memberikan perhatian terhadap kebutuhan pasar tradisional bagi Mama-mapa Pedagang Asli Papua. (Wirya Supriyadi)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *