Jakarta – Perhutani membangun pabrik sagu modern pertama dan terbesar. Dibangun di pedalaman hutan sagu terbesar di dunia, di wilayah Papua Barat. Produksinya untuk menaklukkan pasar sagu dunia.
“Dengan investasi sekitar Rp112 miliar, pabrik ini akan menjadi pabrik sagu modern pertama di Indonesia,” kata Bambang Sukmananto, Direktur Utama PT Perhutani (Persero), di sela-sela peninjauan penyelesaian pabrik sagu di Sorong, Papua Barat, Kamis (4/9/14).
Pabrik ini dibangun sejak tahun 2014 lalu. Rencananya mulai beroperasi pada Maret 2015 dengan kapasitas sebesar 100 ton per hari. Saat ini tinggal penyelesaian pemasangan mesin pengolahan dan mesin boiler serta instalasi listrik.
Lokasi pabrik sagu terbesar di Indonesia ini sangat terpencil. Di Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat. Untuk sampai ke lokasi, harus ditempuh dengan menggunakan long boat selama 3 jam dari ibu kota Kabupaten Sorong Selatan.
Pabrik sagu ini sendiri sesungguhnya merupakan bisnis baru bagi Perhutani. Namun, pemerintah melalui Kementerian BUMN sudah merestui perseroan untuk mengelola lahan hutan seluas 15.000 hektare tersebut.
Sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan sagu yang mencapai 5 juta ton per tahun, pabrik ini kelak juga akan mampu memenuhi permintaan ekspor. Pasar ekspor potensial sagu terutama negara-negara di ASEAN dan termasuk Jepang.
Bambang mengatakan, Indonesia sangat berpotensi menjadi produsen sagu terbesar di dunia. Apalagi hutan tanaman sagu terluas di dunia berada di Pulau Papua, terhampar sekitar 4,5 juta hektare.
Sebenarnya di Papua juga pernah dibangun pabrik sagu modern serupa oleh pihak swasta. Namun kemudian tidak jadi beroperasi akibat ditolak suku lokal karena kurang sosialisasi dan komunikasi. Suku lokal pernah trauma terhadap kasus perambahan besar-besaran hutan (illegal logging).
“Pabrik milik swasta itu sampai sekarang nggak bisa beroperasi karena ditolak penduduk setempat. Mereka sudah investasi banyak. Itu sudah mulai dibangun tujuh tahun silam, tapi masalahnya tidak selesai-selesai,” kata Ronald Guido Suitela, General Manager PT Perhutani.
Sebaliknya untuk pabrik milik Perhutani, justru didukung penuh oleh suku lokal. Warga Distrik Kais akan dilibatkan sebagai pemasok batang sagu ke pabrik. “Kami siap bermitra dengan masyarakat tempat pabrik sagu berlokasi untuk mengembangkan perekonomian di wilayah itu. Selain mengolah, Perhutani juga memberikan pengetahuan soal pengembangan tanaman sagu yang produktif.”
Kualitas pohon Pulau Papua cukup terkenal dengan Sagu Raja, yang bisa menghasilkan sagu hingga 900 kilogram per batang. Berbeda dengan pohon sagu asal Malaysia yang rata-rata menghasilkan tepung sagu maksimal 250 kg per batang.
Selama ini petani sagu di Papua hanya sanggup mengolah satu batang sagu selama dua pekan. Kini dengan adanya pabrik ini, tanaman sagu penduduk bisa langsung diolah dalam waktu singkat. (anila)
Caption Foto: Hutan di Papua Barat. (greenpeace.org)
Sumber : http://www.nefosnews.com/