JAYAPURA – Komunitas penyintas kekerasan dan aktivis HAM perempuan di kota Biak, Merauke dan Wamena melaporkan bahwa, kelompok perempuan asli Papua penjual hasil kebun dan hasil hutan makin terhimpit dan kalah bersaing dalam sektor  ekonomi kecil di pasar.

Hal itu disampaikan Koordinator TIKI Jaringan Kerja HAM Perempuan di Papua, Fien Jarangga kepada wartawan di Sekretariat Foker LSM, kemarin.

Para perempuan asli Papua di Merauke dan Wamena tidak hanya kalah bersaing dengan pedagang pendatang dari luar Papua yang mendominasi pasar-pasar tradisional, melainkan juga sering kesulitan bersaing dengan perempuan pedagang asal pegunungan yang dikenal lebih ulet dan terampil dalam berjualan hasil kebunnya.

Dibagian lainnya, kata Fien, berdasarkan laporan Komunitas perempuan asli dan aktivis HAM perempuan dari Biak, Keerom, Timika dan Wamena, di mana telah terjadi hilangnya penguasaan pedagang asli Papua atas buah pinang.

“Pinang yang selama ini menjadi simbol kekuatan ekonomi perempuan asli Papua telah dimonopoli oleh pedagang dari luar Papua yang jauh lebih kuat dari segi modal dan keterampilan dan telah menguasai bukan hanya jalur distribusi pinang, tapi juga tanaman pinang,” bebernya.

 Bagi para perempuan pedagang pinang, hilangnnya akses pada perdagangan pinang bukan hanya berarti hilangnya sumber kekuatan ekonomi, melainkan sekaligus berarti terampasnya sumber daya alam penghasil pinang (kebun) dan terampasnya simbol identitas kultural mereka.

Aktivis perempuan dan pemimpin perkumpulan perempuan adat dari Keerom, Abepura dan Manokwari melaporkan sejumlah kasus penjualan kios atau meja lokasi berdagang oleh perempuan pedagang asli Papua kepada pedagang pendatang, meski masih harus diteliti alasan di balik hal kejadian tersebut.

“Pelepasan hak atas kios dan meja berjualan ini aktivis dan tokoh perempuan Papua setempat menyesalkan fenomena tersebut dan memandangnya sebagai tanda melemahnya ketrampilan enterpreunership sebagian perempuan pedagang asli Papua persaingan ekonomi berlapis, mengecilnya akses ekonomi perempuan, terampasnya sumber daya alam sekaligus simbol ekonomi perempuan dan melemahnya enterpreunership perempuan,” tandasnya.(lea/achi/lo1)

By Admin