Suku Korowai (foto : Istimewa)

Jayapura, – Tim Kaki Telanjang yang ditugaskan dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua sampai saat ini belum masuk di Korowai Batu, Brukmakot. Tim Kaki Telanjang sementara ini masih berada di tempat kantor distrik, Seradala semenjak tiba di ibu kota distrik.

Selain itu, tim kijang juga tinggal di Dekai, ibu kota Yahukimo Masyarakat bersama para penginjil sangat mengharapkan tim ini bisa melakukan pengobatan di setiap pemukiman warga. Demikian informasi yang disampaikan oleh Komunitas Peduli Kemanusiaan Daerah Terpencil  (Kopkedat) Papua , yang  diterima melalui pesan aplikasi WA (whatsapp), pada Rabu  (28/6/2017).

“Karena masyarakat di Korowai yang tengah menderita membutuhkan pelayanan intensif. Masyarakat sudah menderita sudah lama. Penanganan kesehatan yang lama, hanya menambah derita sampai banyak masyarakat yang meninggal tanpa adanya penanganan medis” ujar Jhon Ahayon, Sekretaris Kopkedat.

Ditambahkannya bahwa  Tim medis yang diutus dinas kesehatan Papua, harus bergerak cepat. Melakukan upaya yang bisa meminimalisir ancaman penyakit kronis dan melakukan  pengobatan pencegahan.

Banyak kasus kesehatan yang belum ditemukan di kalangan masyarakat Korowai. Pada 13 Juni 2017 lalu, ada seorang ibu yang meninggal dunia setelah melakukan persalinan di Brukmakot. Peristiwa ini tepat, tim kaki telanjang berada di ibu kota distrik. Namun jarak dari ibu kota distrik ke Brukmakot cukup jauh, 80-100 km, ditambah dengan akses komunikasi yang terbatas membuat kesulitan bagi masyarakat untuk menghubungi tim kaki telanjang.

Peristiwa diatas hanya sebuah cerminan dari keseluruan di Korowai. Kematian ini bila ditambah dengan sebelumnya, maka sudah berkisa 64 orang meninggal dunia dalam rentan waktu 7 tahun (2011-2017). Sementara khusus penderita penyakit filariasis 37 orang.

“Disini perluh ditegaskan, bahwa jumlah kematian, penderita kaki gajah berasal dari Brukmakot, Korowai Batu, Ayak, Woman. Belum termasuk dengan kampung-kampung lain”, tegas Jhon Ahayon.

Korowai yang dikenal dengan rimba hutan, membuat semua pihak sulit memantau kondisi kesehatan masyarakat. Sehingga untuk menghindari dan untuk menjawab persoalan kesehatan orang Korowai. Sehingga diharapkan tim kaki telanjang dapat membawah angin segar bagi masyarakat.

Diharapkan tim kijang dapat melakukan pelayanan segera guna menekan rantai kesakitan dan kematian di Korowai.

Apabila tim medis tidak melakukan penanganan medis yang intensif, maka dikawatirkan akan terus menambah kesakitan, penderitaan dan kematian.

“Dalam data kami sendiri, terdapat 9 bayi tentunya harus memberikan faksinasi di Posyandu agar tidak menambah kematian di Brukmakot. Sejumlah 9 orang tersebut mesti melakukan pendekatan dan penanganan kesehatan secara dini termasuk beberapa kampung lainnya yang masih rentan terserang penyakit” tukas Yan Akobiarek , Ketua Kopkedat.

Ditambahkannya, persoalan pendidikan pun di wilayah ini dari tahun ke tahun tak kunjung baik. Hampir semua orang Korowai  tidak pernah mendapat akses pendidikan yang baik. Rata-rata orang Korowai belum sekolah. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor utama.

Penyebab yang paling nampak adalah belum adanya  sekolah dasar, menengah, dan atas. Sekolah seperti di SD Seradala pun tutup lantaran tidak ada tenaga guru. Kini sekolah tersebut ditutupi oleh rerumputan.  

Menurut Yan Akobiarek,  Kopkedat Papua mendesak kepada Dinas Kesehatan kabupaten Yahukimo, untuk melakukan penanganan kesehatan di wilayah Brukmakot, Ayak, Woman dan sekitarnya. Memperhatikan dan mengawasi tim kaki telanjang dari dinas kesehatan provinsi Papua yang sementara ini masih berada di DKI Yahukimo dan sebagian di Seradala.

Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo, Asmat, Boven Digoel dan Pegunungan Bintang untuk meninjau persoalan kesehatan dan pendidikan masyarakat untuk suku Korowai menurut masing-masing wilayah administrasi pemerintahan.

Kopkedat Papua , Mendesak kepada bupati Yahukimo, Asmat, Boven Digoel dan Pegunungan Bintang untuk memberikan kebijakan khusus di bidang pendidikan dan kesehatan di selueuh wilayah Korowai.

Mendesak kepada pemerintah provinsi Papua dalam hal ini gubernur Papua, Lukas Enembe untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap dana otonomi khusus yakni bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah Korowai.

“Kepada dinas kesehatan provinsi Papua untuk melakukan pengawasan yang baik terhadap program dan kebijakan kesehatan di empat kabupaten yang berbatasan dengan Korowai.  Meminta kepada dinas pendidikan, pemuda dan olah raga provinsi Papua, kabupaten Yahukimo, Asmat, Boven Digoel, dan Pegunungan Bintang agar kembali mengaktifkan sekolah dasar di Korowai maupun wilayah administrasi pemerintahan masing-masing” pungkas Yan Akobiarek.

Bahkan Kopkedat Papua, mendesak kepada presiden Joko Widodo, agar memberikan satu kebijakan khusus terkait persoalan kesehatan dan pendidikan di Papua khususnya di wilayah suku Korowai.  (*)

(Wirya Supriyadi)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *