Situasi Laut dan Ombak di Pesisir Pantai Holtekamp, foto :nesta/jeratpapua.orgSituasi Laut dan Ombak di Pesisir Pantai Holtekamp, foto :nesta/jeratpapua.org

JERAT PAPUA.ORG, JAYAPURA – Masyarakat Adat yang menempati pesisir Pantai Holtekamp Distrik Muaratami Kota Jayapura , mempunyai kebiasan  tradisi dalam membaca Fenomena Bencana Alam atau Gempa Lewat Terbitnya Matahari dengan Posisi yang tidak biasa.

Tetua Adat dari Masyarakat Adat Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami Kota Jayapura Bapak Yakob Smalo 75 tahun, mengungkapkan bahwa masyarakat adat setempat pada jaman dulu menentukan bahwa terjadinya Gempa Bumi sangat di tentukan oleh terbitnya posisi matahari yang tidak biasa atau aneh, yakni matahari yang sebelumnya terbit dari Timur namun berpindah ke laut sehingga ini menjadi pertanda bahwa akan terjadi gempa bumi dan Sunami.

“dulu tete dorang diajar kalau matahari terbit dari laut berarti ada gempat kita tunggu saja, itu matahari dia mandi “ ungkap Yakob Smalo saat di temui selasa, (14/02/2023).

Pria 75 tahun mengungkapkan jika terjadi tanda-tanda demikian maka sebagai orang kampung akan meminta warga desa untuk waspada dengan adanya fenomena alam yang menunjukan atau menandakan akan terjadinya Gempa Bumi atau Sunami ,

“itu Kalau sudh begitu kami bilang matahari dia mandi karena dia ke laut naik dari laut , jadi pasti beberapa hari akan terjadi bencana  “ tutur Yakob

Pria Asli yang merupakan peranakan Marga Hay dari Kampung Enggros itupun menuturkan sejak usia 17 tahun dirinya sudah meraskan terjadinya bencana alam gempa Bumi dan Sunami di pantai Holtekamp maupun Kampung Enggros .

Bahkan pada periode 2011 saat terjadi gempa di Jempang yang mengakibatkan Sunami menghantam Jepang dirinya , menjadi saksi mata adanya sunami di pesisir Pantai Hool.

“saya lihat sendiri dengan mata kepala Sunami di Hol sampai  masuk di Kampung Enggros “ungkapnya.

Mama Rode salah satu Masyarakat Adat  papua yang mendiami kawasan Pesisir Hamadi Pantai mengaku cukup berdampkan dengan adanya Gempa Bumi Magnitudo 5,4 yang mengguncang kota jayapura beberapa waktu lalu, sehingga dibutuhkan pendidikan karifan lokal dan Budaya orang papua jaman nenek moyang dalam membaca situasi alam soal Gempa .

“perlu sekali adanya pendidikan lokal, fenomena alam supaya kita tidak panic”katanya.

Pasca Gempa Bumi 5,4 M yang mengguncang Jayapura dan sekitarnya membuat sebagian dinding rumah mama rode retal, bahkan beberapa piring kaca miliknya terjatuh dan pecah, beruntung tidak berdampak buruk dan mereka sekeluarga selamat .(nesta)

 

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *