Jayapura, – Maraknya beras miskin yang beredar hingga ke pelosok kampung – kampung di Papua ditengarai menjadi salah satu penyebab semakin berkurangnya minat masyarakat untuk bercocok tanam dan cenderung terjadi peralihan dari konsumsi pangan lokal ke beras. Seorang warga Yahukimo, Septhinus Elopere saat ditemui JERAT pada Jumat (21/02) mengatakan bahwa memang terjadi pergeseran pola makan ditingkat masyarakat yang dulunya sering mengkonsumsi pangan lokal misalnya ubi, sagu dan keladi namun kini telah beralih kepada beras terutama beras miskin (raskin). “Sekarang masyarakat cenderung jadi malas bekerja terutama berkebun karena telah adanya beras raskin. Disisi lain juga dengan adanya beras raskin menyebabkan masyarakat lebih cenderung memilih beras dari pada umbi-umbian “ ujar Septhinus Elopere. Ditambahkannya dulu kalau orang pulang ke Wamena dan tidak makan ubi maka rasanya belum sampai di Wamena, tapi sekarang justru sekarang sebaliknya orang cenderung lebih memilih makan nasi. “Anak-anak kita sekarang ini kalau lapar makan menangis minta nasi, sedangkan kalau kita yang tua ini masih bias konsumsi ubi” ujar Septhinus Elopere prihatin. Dan memang diakuinya dampak raskin memang tidak merata, pada daerah yang tidak terjangkau raskin maka masyarakat masih seperti biasa bercocok tanam, tapi bagi daerah yang terjangkau raskin maka berdampak seperti hal tadi.
Dari data Jaringan Kerja Rakyat (JERAT) Papua untuk Kabupaten Yahukimo, realisasi beras raskin pada tahun 2010 sebesar 185.238 kg , tahun 2011 430.560 kg dan tahun 2012 menjadi 883.260 Kg artinya terlihat adanya peningkatan yang signifikan realisasi raskin di Kabupaten Yahukimo.
Sementara Killion Wenda mengiyakan apa yang disampaikan oleh Septhinus Elopere. “Memang beras raskin telah merubah pola makan kita, baik siang, malam , semuanya memakan nasi, tidak lagi ubi “ ujar Killion Wenda. Seharusnya juga pemerintah tidak memberikan beras kepada masyarakat. Tapi memberikan stimulant kepada para petani atau pemilik perkebunan, terutama umbi-umbian. “Pemerintah bisa juga memberikan hadiah kepada para pemilik kebun yang produksinya semakin meningkat ataupun kepada masyarakat yang ingin membuka kebun berupa skop, pupuk dan lainnya. Jadi bukan memberikan uang ataupun program yang membuat masyarakat semakin malas” ujar pria yang juga sebagai aktivis perdamaian. Killion Wenda mengingatkan bahwa kebijakan raskin telah membuat masyarakat jadi malas dan jika suatu saat ganti pemerintahan dan terjadi ganti kebijakan , maka kita akan mengalami kesulitan dalam mencari beras karena telah tergantung dengan raskin.
(Wirya)